Ketua Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI) DKI Jakarta, Mustara Musa, menyampaikan beberapa catatan terkait penyelenggaraan PON XXI di Aceh dan Sumatera Utara (Sumut) 2024.
Meski ada masalah soal fasilitas, yang viral di media sosial, namun banyak rekor nasional yang telah tercipta di cabang olahraga (cabor) atletik.
“Di tengah-tengah pemberitaan yang lumayan hebat. Bisa dilaksanakan tepat waktu dan bisa ditutup secara resmi. Dan sisi baik buruknya, ada sembilan rekornas di cabang atletik dan 18 rekor PON,” ujar Mustara kepada awak media.
Hasil ini menggembirakan bagi Mustara. Dia menyebut cabor atletik sedang berkembang di Indonesia.
“Pembinaan olahraga di Indonesia khususnya cabang atletik, mother of sport, cabang yang menjadi utama dalam Olympic modern sedang bertumbuh di Indonesia. Terbukti dengan pemecahan rekor,” ujarnya.
Mustara mengatakan di tengah banyaknya masalah, penyelenggaraan PON tetap berjalan dengan baik. Semua pihak bersama-sama memperbaiki kekurangan pelaksanaan PON XXII.
“Artinya, apabila ada yang kurang mari kita sama-sama memperbaikinya. Kita harus bersyukur karena ini tanggung jawab bersama dan kebangaan bagi masyarakat Indonesia. Apapun ceritanya, saya terima kasih kepada pemerintah,” ucapnya.
Musara merasa puas dengan fasilitas di cabor atletik. Venue yang baik menghasilkan rekor baru dalam cabor atletik.
“Kami dengan beberapa provinsi ditempatkan di Hotel Wing, hanya 200 meter dari venue. Lintasan atletik, lintasan atletik yang terbaik yang ini merupakan parameter pemecahan rekor karena lintasannya bagus dan baru. Di sisi lain, ada kesiapan kepanitiaan perlu diperbaiki, peningkatan SDM teknis di lapangan juga perlu diperbaiki,” ujarnya.
Dia setuju jika pemerintah pusat mengambil peran lebih untuk pergelaran PON XXII di NTB/NTT. Namun, pemerintah pusat harus memikirkan PON sebagai salah
“Pemerintah pusat takeover mengambil alih semua proses pelaksanaan bisa menjadi lebih baik. Namun, kita juga perlu memikirkan bahwa teman-teman daerah, ada cabang olahraga yang kesiapan teknisnya masih kurang. Ini yang menjadi kesusahan bagi teman-teman di daerah,” ucapnya.
“Akan tetapi, saya memandang pelaksanaan PON adalah bentuk pemerataan fasilitas/venue olahraga secara standar. Misalnya, Jakarta udah punya semua fasilitas, tetapi yang harus dipikirkan juga, bagaimana teman-teman daerah juga harus mendapatkan kesempatan yang sama untuk dapat menikmati proses pelaksanaan olahraga ini,” ucapnya.
Perlu ada sinergi dan komunikasi antara pemerintah daerah dengan pemerintah pusat. Pemerintah daerah harus jujur apa yang kurang dan perlu bantuan dari pemerintah pusat.
“Ada contoh bagus nih, PASI NTB kontak saya, menyampaikan, ‘Pak Mus tolong dibantu dong karena kita akan menjadi tuan rumah PON. Kira-kira apa yang harus dilakukan?’ Agar bisa persiapan dari awal sehingga mereka mengundang saya,” katanya.
“Hal utama menurut saya adalah komitmen pengurus cabor di daerah dulu. Maka pengurus cabor di pusat akan mengimbangi. Berapa persen kekuatan SDM di daerah? Yang di pusat siap akan bantu,” ucapnya.
Dia pun memberikan saran agar NTB dan NTT membangun fasilitas PON sejak saat ini. Jangan membangun fasilitas atau venue beberapa bulan sebelum pelaksanaan.
“Sisi lain, penyiapan venue, di Aceh dan Sumut kemarin ketika dibangun di tahun-tahun terakhir jadinya kelabakan, apabila dibangun awal maka bagus. NTB dan NTT harus mulai melaksanakan kejuaraan-kejuaraan nasional disana sebagai bentuk pra event, sebagai latihan penyelenggaraan,” ujarnya.